Rabu, 05 Februari 2014

Susahnya Berantas CRD Kompleks

Tingkat kepadatan yang tinggi, kebiasaan penggunaan antibiotik tak benar dan masa istirahat kandang yang pendek jadi sebab CRD sulit diberantas tuntas

Pertengahan November lalu, kandang pullet (calon layer) kapasitas 38 ribu ekor itu tercatat oleh Muning memasuki pekan ke-4 terserang CRD (cronic respiratory disease), penyakit yang disebabkan Mycoplasma gallisepticum. Veterinary Representative PT Romindo Primavetcomitu mengungkapkan, layer dalam flok tersebut terdeteksi CRD sejak ayam umur 7 minggu, dan kini masuk umur 11 minggu masih menunjukkan gejala ngorok.

Diterangkan Muning, di umur 7 minggu ia melakukan bedah bangkai pada ayam yang sakit dan mendiagnosaayam-ayam itu positif CRD. Diagnosa kala itu murni CRD tanpa komplikasi kasus lain karena ia menemukan kelainan patologi anatomi sebataseksudat di trakhea dan perdarahan yang belum terlalu parah. Pengobatan dilakukan dengan terapi antibiotik enrofloksasin selama 5 hari, tetapi ayam tak kunjung sembuh. Ia pun selanjutnya hanya memberikan multivitamin sebagai supporting teraphy.

Kasus yang semula CRD murni berkembang menjadi kompleks karena adanya infeksi ikutan (infeksi sekunder). “E. coli ikut nimbrung, sehingga berkembang jadi CRD kompleks,” kata pemilik nama lengkap Muning Edi Swasono ini. Adanya komplikasi colibacilosis ditandai ciri keruhnya kantung hawa dan adanya perkejuan (massa padat semacam keju) di dalamkantung hawa serta pericardium(selaput pembungkus)jantung.

Setelah positif CRD kompleks, Muning mengaku memberikan preparat doxcicyclin yang berlanjut sampai pekan ke-4. “Sekarang masih di-treatment doxicyclin, masih ngorok dan dipantau perkembangannya,” imbuh dia. Disebut Muning, dalam sehari kematian (mortalitas) bisa 40 ekor. Kematian tinggikarena terjadi komplikasi. Kata Muning lagi, kalau sebatas CRD murni kematian biasanya tidak ada, sementara morbiditas (kesakitan) hanya sekitar 7 %.

Untuk kasus kali ini, Muning mencatat, perlu waktu 2 minggu CRD murni pada ayam-ayam tersebut berkembang menjadi CRD kompleks. Meski demikian, rentangwaktu tersebut di lapangan sangat bervariasi, tergantung tingkat tantangan (challenge) yang menyerang. “Di peternakan yang risikonya lebih tinggi lagi, peralihan menjadi CRD kompleks bisa berlangsung hanya dalam waktu 1 minggu atau bahkan lebih cepat,” imbuhnya.

Berdasarkan sejarahnya, kandang pelanggan Muning ini hampir tiap periode diserang CRD. Padahal kandang yang semula bertipe terbuka itu sekarang sudah dikonversi jadi semi cloused house berlantai postal, dan populasinya satu kelompok umur. Tetapi masih saja langganan CRD. “Riwayatnya berulang terkena CRD, lokasi berdekatan dengan kandang milik peternak lain, jaraknya tidak lebih dari 1 km. Sehingga challenge atau tantangan CRD di daerah ini tinggi,” papar Muning lagi.